BAB I
PENDAHULUAN
Pendidikan adalah sebuah nilai-nilai luhur yang tidak dapat dipisahkan dari kehidupan manusia. Dalam Islam, berbicara mengenai pendidikan tidak dapat dilepaskan dari asal manusia itu sendiri. Dalam bahasa Arab, pendidikan disebut “Tarbiyah” (mengembangkan, menumbuhkan, menyuburkan, berakar dari satu kata “Rabb”(Tuhan).
Menurut Al-Quran, manusia terdiri dari tiga hal yang tidak terpisahkan, yaitu jasad, ruh, dan intelektualitas. Semua manusia adalah sama dalam komposisi ini. Mereka semua tercipta dan dilahirkan kea lam dunia ini dengan dasar penciptaan yang tidak berbeda. Kesimpulan ini telah ditegaskan oleh Rasulullah SAW dalam Hadits berikut ini ”setiap anak dilahirkan dalam keadaan suci (fitrah). Orang tuanyalah yang menjadikannya Nasrani, Yahudi dan Majusi.”
Dasar-dasar pendidikan anak dalam Islam dapat disimpulkan dari berbagai ayat antara lain Q.S. Luqman:12-19 dan Q.S. As-Shafaat:102 serta berbagai hadits Rasulullah SAW. Kisah Luqman mengajarkan bahwa “sifat bijak” bagi seorang pendidik termasuk orang tua adalah suatu keharusan. Luqman yang secara khusus dikaruniakan nikmat “hikmah” oleh Allah itu, menyadari sepenuhnya bahwa anak, bagian dari kenikmatan Illahi yang menjadi cobaan (fitnah) atasnya. Oleh sebab itu, menanamkan pendidikan pada anak-anak adalah manifestasi kesyukurannya terhadap Allah SWT (Q.S. Luqman :12).
BAB II
PEMBAHASAN
A. Siapa Luqmanul Hakim?
Luqman adalah nama dari seorang yang selalu mendekatkan hatinya kepada Allah SWT. Dan merenungkan alam yang ada di sekelilingnya, sehingga ia mendapat kesan yang mendalam. Demikian juga renungannya terhadap kehidupan ini, sehingga terbukanya rahasi hidup ini dengan memperoleh hikmah.
Yang dimaksud dengan hikmah ialah kesan yang tinggi (mendalam) dalam jiwa manusia dalam melihat pergantian diantara suka dan duka hidup, melihat kebahagian yanb dicapai sesudah perjuangan melawan hawa nafsu, dan cela yang di hadapi orang-orang ynang melanggar garis-garis kebenaran yang mereka tempuh. orang yang ahli hikma disebut “Alhakim”. Sebab itu dikenal juga Luqman dengan sebutan “Luqman Alhakim” dan (Luqman ahli hikmah)
Hikmah yang Allah berikan kepadanya antara lain berupa ilmu, agama, benar dalam ucapan, dan kata-kata bijaknya cukup banyak lagi telah dima’tsur. Dia memberi fatwa sebelum Dau a.s diutus dan sempat menjumpai masanya, lalu menimba ilmu darinya dan meninggalkan fatwanya. Ketika ditanyakan kepadanya tentang sikapnya itu, dia menjawab: ”Tidakkah lebih baik bagiku berhenti memberi fatwa bila telah ada yang menanganinya?”.
Ketika ditanyakan kepadanya: “Siapa orang jahat itu?” Luqman menjawab: “Orang yang tidak peduli bila orang lain melihatnya berbuat jahat. “
Banyak perbedaan pendapat tentang asal usul Luqman tersebut. Ada yang mengatakan bahwa ia seorang bangsa Negro Sudan, Mesir hulu atau Habsyi yang warna kulitnya hitam, hidup selama beribu tahun dan berjumpa dengan nabi Daud sehingga nabi Daud banyak menimba ilmu darinya. Ada yang berpendapat bahwa dia seorang nabi, dan adapun yang membantah pendapat itu dengan mengatakan bahwa ia hanyalah seorang ahli hikmah.
Namun dalam Al-Quran diungkapkan bahwa dia dianugrahi berupa “ Hikmah “ oleh Allah SWT. Tentang pekerjaannya juga diperselisihkan, ada yang mengatakan sebagai qadhi kaum bani Israil, ada yang mengatakan sebagai tukang jahit, ada yang mengatakan sebagai penggembala ternak, atau sebagai tukang kayu. Namun semua itu tidak penting, dan mungkin saja kesemua pekerjaan itu pernah dilakukannya, karena mengingat usianya yang mencapai 1000 tahun.
Al-Qurthubimengatakan bahwa menurut suatu pendapat, LUqman adalah nak laki-laki saeudara perempuan bai ayub yang kawin dengan anak laki-laki adik perempuan ibunya.
Pernah ada seorang lelaki memandanginya, maka luqman berkata: “Jika engkau lihat aku mempunyai sepasang bibir yang tebal lagi kasar, maka sesungguhnya diantara keduanya keluar kata-kaat yang lembut: dan Jika engkau melihat rupakuku hitam, maka ssungguhnya Qalbbuku putih.”
B. Wasiat Luqmanul Hakim
Wasiat Luqman Pertama
“Dan (ingatlah) ketika Luqman berkata kepada anaknya, di waktu ia memberi pelajaran kepadanya: “Hai anakku, janganlah kamu mempersekutukan Allah, Sesungguhnya mempersekutukan (Allah) adalah benar-benar kezaliman yang besar” (Q.S. Luqman:13).
Pengarahan Luqman terhadap anaknya dengan nasihat, yaitu nasihat seorang yang bijaksana pada anaknya. Ia adalah nasihat yang membebaskan orang dari segala aib. Pemilik dan pemberi nasihat itu pasti telah dianugrahkan hikmah kepadanya. Ia adalah sebuah nasihat yang tidak mengandung tuduhan, karena tidak mungkin nasihat seorang ayah kepada anaknya mengandung tuduhan.
Nasihat itu mengandung pengikraran terhadap persoalan tauhuid yang telah ditetapkan pada penelusuran pertama. Dan, penyinggungan tentang persoalan akhirat disebutkan pula dengan disertai pengaruh-pengaruh dalam jiwa dan pengruh-pengaruh yang baru.
Luqman dalam wasiat pertamanya berpesan agar anaknya menyembah Allah semata, tidak mempersekutukan Nya dengan sesuatu pun seraya memperingatkan kepadanya.
Yakni syirik adalah dosa yang paling besar, syirik disini di ungkapkan dengan perbuatan zhalim . mereka mencampuradukan iman mereka dengan kezhaliman , yakni dengan kemusyrikan . selanjutnya, lukman mengiringinya dengan pesan lain , yaitu agar anaknya menyembah Allah semata dan berbakti kepada kedua orang tua .( Qs. Al – Israa: 23)
Wasiat Luqman kedua
“Dan Kami perintahkan kepada manusia (berbuat baik) kepada dua orang ibu- bapanya;
ibunya telah mengandungnya dalam Keadaan lemah yang bertambah- tambah, dan menyapihnya dalam dua tahun[1180]. bersyukurlah kepadaku dan kepada dua orang ibu bapakmu, hanya kepada-Kulah kembalimu.”(Q.S.Luqman:14)
[1180] Maksudnya: Selambat-lambat waktu menyapih ialah setelah anak berumur dua tahun.
Surat selanjutnya yaitu hubungan antara seorang anak dengan ayah dan ibunya, dengan gaya bahasa yang penuh dengan kasih sayang dan rahmat. Juga menghubungkan antara kesyukuran kepada Allah dengan kesyukuran dan berterima kasih kepada kedua orangtua, hanya saja kesyukuran kepada Allah harus di kedepankan.
Menjelaskan bahwa manusia diperintahkan untuk berbuat baik kepada kedua orangtuanya sebagai wujud rasa syukur atas pemeliharaan keduanya, terutama ibu.Dia telah mengandungnya sejak janin dalam kandungan setiap bertambah usia dan besar janin, semakin bertambah lemahlah dia dan semakin bertambah sulit pula ( untuk bergerak). Demikian pula ketika melahirkan seorang ibu dengan susah payah mengeluarkan bayinya dari rahimnya. Setelah itu , ibu menyusui bayinya selama dua tahun .
Wasiat Luqman ketiga
“Dan jika keduanya memaksamu untuk mempersekutukan dengan aku sesuatu yang tidak ada pengetahuanmu tentang itu, Maka janganlah kamu mengikuti keduanya, dan pergaulilah keduanya di dunia dengan baik, dan ikutilah jalan orang yang kembali kepada-Ku, kemudian hanya kepada-Kulah kembalimu, Maka Kuberitakan kepadamu apa yang telah kamu kerjakan.”(Q.S. Luqman:15)
Luqman mewasiatkan kepada anaknya bahwa bila orangtua mengajak kepada perbuatan kekufuran atau perbuatan syirik, maka tidak perlu diikuti.karena tidak ada ketaatan kepada mahluk dalam bermaksiat kepada Allah . Hanya saja, sekalipun demikian, engkau tetap menggauli mereka dengan baik serta senantiasa berlaku sopan dan hormat kepada mereka.
Ikatan aqidah merupakan ikatan pertama, sebagi pengantar pembuka, pemberi rekomendasi, dan mukodimah bagi ikatan nasab dan dara. Walaupun dalam ikatan nasab dan darah terdapat kekuatan cinta dan kasih saying yang kuat, namun ia berada dalam urutan berikutnya setelah ikatan akidah yang pertama itu, dan ditetapkanlah bersamaan dengan itu tentang perkara akhirat.
Yang harus diikuti adalah jalan orang – orang yang kembali kepadaku dengan iman ( tauhid) , taat , dan amal saleh . tempat kembali semua mahluk adalah Allah . Allahlah yang membalas segala perbuatan hambanya .
Wasiat Luqman keempat
(Luqman berkata): “Hai anakku, Sesungguhnya jika ada (sesuatu perbuatan) seberat biji sawi, dan berada dalam batu atau di langit atau di dalam bumi, niscaya Allah akan mendatangkannya (membalasinya). Sesungguhnya Allah Maha Halus[1181] lagi Maha mengetahui.(Q. S Al-luqman :16)
[1181] Yang dimaksud dengan Allah Maha Halus ialah ilmu Allah itu meliputi segala sesuatu bagaimana kecilnya.
Perkara akhirat diikuti dengan pengaruh yang dahsyat. Yaitu, gambaran tentang luasnya ilmu Allah, ketelitiannya, kecakupan ilmunya dan peliputannya. Sebuah gambaran yang menggetarkan nurani manusia ketika ia mengikutinya dalam alam semesta yang luas ini.
Luqman mengajarkan kepada putranya bahwa jika ada perbuatan (dosa dan maksiat) walau seberat dan sekecil biji sawi pun dan berada di tempat yang tersembunyi di dalam batu, di langit, atau di bumi kelak Allah akan mendatangkan balasannya pada hari kiamat.Sebab, Allah Maha Halus dan Maha Tahu. IlmuNya meliputi segala sesuatu, bagaimanapun kecilnya, sehingga seekor semut yang melata dimalam gelap gulitapun tidak akan luput dari pengetahuanNya.
Wasiat Luqman Kelima
“Hai anakku, dirikanlah shalat dan suruhlah (manusia) mengerjakan yang baik dan cegahlah (mereka) dari perbuatan yang mungkar dan bersabarlah terhadap apa yang menimpa kamu. Sesungguhnya yang demikian itu Termasuk hal-hal yang diwajibkan (oleh Allah).”(Q.S. Luqman:17)
Luqman memberikan nasihatnya kepada anakanya dengan beban-beban akidah, dengan perintah beramar ma’ruf dan nahi mungkar, serta bersabar atas segala konsekuensinya. Semua itu adalah resiko yang harus dihadapi oleh pemegang akidah ketika ia melangkah dengan langkah-langkah yang merupakan tabiat dari akidah tersebut. Sehingga dia dapat melampaui dirinya sendiri kepada selain dirinya.
Luqman memerintahkan kepada putranya tentang tiga kewajiban-kewajiban yang harus ditunaikan. Yaitu: mendirikan sholat, dengan melaksanakannya tepat waktu dan sesuai dengan ketentuan – ketentuan , syarat – syarat, dan rukun – rukunnya. Sedangkan ash – Shabuni menambahkan , yaitu dengan memeliahara kekhusyukannya.
Kewajiban kedua : amar ma’ruf nahi mungkar , yakni memerintahkan kepada manusia untuk melakukan setiap kebaikan dan keutamaan serta melarang mereka dari setiap perbuatan buruk . maka hendaknya anak – anak diajari fiqih amar ma’ruf nahi munkar: bagaimana seharusnya beramar ma’ruf nahi mungkar. Anak –anak harus mengerti, apakah amar ma’ruf nahi mungkar yang dilakukan akan memicu kemungkaran yang jauh lebih besar, ataukah tidak ? jika amar ma’ruf dan nahi mungkar kelihatannya akan memicu kemungkaran yang lebih besar , maka amar ma’ruf dan nahi mungkar ini harus kita tunda sampai waktu yang tepat.
Kewajiban yang ketiga : bersabar, selain perintah melakukan amar ma’ruf dan nahi mungkar. Nasihat luqman di atas juga menganjurkan untuk sabar . tidak jarang , pelaksaan amar ma’ruf nahi mungkar di ikti dengan ujian dan cobaan . maka dari itu hendaknya kita bersabar dalam menghadapinya.
Wasiat Luqman Keenam
“Dan janganlah kamu memalingkan mukamu dari manusia (karena sombong) dan janganlah kamu berjalan di muka bumi dengan angkuh. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang sombong lagi membanggakan diri.”(Q.S. Luqman:18)
Bersamaan dengan perintah amar ma’ruf dan nahi mungkar, bersabar atas segala konsekuensinya, dan semua resiko yang harus dihadapi dan yang menimpa diri, maka seorang dai harus beradab dengan adab seorang dai yang merupakan penyeru kepada Allah. Yaitu, agar tidak sombong terhadap manusia sehingga dengan perilaku tersebut dia merusak perkataan baik yang telah ia serukan dengan contoh buruk yang dilakukannya.
Pengajaran Luqman yang berikutnya berupa larangan berakhlak buruk, yakni larangan berpaling dari manusia karena sombong dan menganggap rendah yang lain, serta larangan berjalan di muka bumi dengan angkuh. Sebab, Allah tidak menyukai orang-orang yang sombong dan membanggakan diri.
Yakni jangan sombong dan menyepelekan orang lain . janganlah engkau memalingkan muka ketika engkau berbicara kepada seseorang, karena engkau merasa lebih mulia darinya . Tapi hadapkanlah mukamu kepadanya. Karena itu, ajrilah anak – anak anda sikap rendah hati dan antusias terhadap siapapun . dan janganlah engkau berjalan dengan angkuh dan merasa paling hebat. Jika engkau lakukan itu , maka sesungguhnya Allah membencimu.
Wasiat Luqman ketujuh
“19. dan sederhanalah kamu dalam berjalan[1182] dan lunakkanlah suaramu. Sesungguhnya seburuk-buruk suara ialah suara keledai”
[1182] Maksudnya: ketika kamu berjalan, janganlah terlampau cepat dan jangan pula terlalu lambat.
Luqman mewasiatkan kepada putranya “ Berjalanlah dengan wajar jangan terlalu cepat dan jangan terlalu lambat. Artinya berjalanlah secara wajar dengan penuh ketenangan dan kesopanan, tidak terlampau cepat dan terburu – buru ; tidak juga terlampau lambat dan bermalas – malasan. Dan luqman mewasiatkan pula pada putranya ” Kurangilah suaramu dari suara yang keras.”
Karena itu akan mengganggu orang sekitar yang mendengarnya. Dan dengan berteriak, seseorang akan di samakan dengan keledai. Karena kedua-duanya memiliki suara buruk yang memekakkan telinga.
C. Pokok-pokok kandungan surat Lukman dalam Al-Qur’an
1. Menanamkan nilai tauhid dengan benar.
2. Mengajarkan taat kepada orang tua, dalam batas-batas ketaatan kepada pencipta, sebagai manifestasi kesyukuran kepada Allah.
3. Mengajarkan pergaulan yang benar, serta dibangun di atas dasar keyakinan akan hari kebangkitan.
4. Menanamkan nilai-nilai taqwa kepada Allah.
5. Menanamkan nilai kepribadian yang kuat
6. Menumbuhkan dalam diri anak “kepedulian social yang tinggi”
7. Membentuk kejiwaan yang kokoh
8. Menumbuhkan sifat rendah hati dan menjauhkan sifat sombong
9. Mengajarkan kesopanan dalam sikap dan ucapannya
BAB III
PENUTUP
Luqman adalah nama dari seorang yang selalu mendekatkan hatinya kepada Allah SWT. Dan merenungkan alam yang ada di sekelilingnya, sehingga ia mendapat kesan yang mendalam. Demikian juga renungannya terhadap kehidupan ini, sehingga terbukanya rahasi hidup ini dengan memperoleh hikmah.
Pokok-pokok kandungan surat Lukman dalam Al-Qur’an: Menanamkan nilai tauhid dengan benar, Mengajarkan taat kepada orang tua, dalam batas-batas ketaatan kepada pencipta, sebagai manifestasi kesyukuran kepada Allah, mengajarkan pergaulan yang benar, serta dibangun di atas dasar keyakinan akan hari kebangkitan, menanamkan nilai-nilai taqwa kepada Allah, Menanamkan nilai kepribadian yang kuat, menumbuhkan dalam diri anak “kepedulian social yang tinggi”, Membentuk kejiwaan yang kokoh, menumbuhkan sifat rendah hati dan menjauhkan sifat sombong, mengajarkan kesopanan dalam sikap dan ucapannya
DAFTAR PUSTAKA
Abdur Rahman, Jamal. 2005. Tahapan mendidik anak. Bandung: Insan Bina Mandiri
Al – Adawy, Mustafa,. 2006. Fikih pendidikan anak, Jakarta: Qisthi Press
Arief, Armai, Prof. Dr. 2007. Reformulasi Pendidikan Islam. Tangerang: Ciputat Press Group 2007
Asmawati, Luluk, S.S. M.Pd, 2008. Dasar-dasar PAUD secara Islami, Jakarta: Insida Darul Qalam Press
Buletin Yasmin. Edisi 9/Tahun I, Rabiuts Tsani 1428 H
Quthb, Sayyid. 2004. Tafsir Fizhilalil Qur’an. Depok: Gema Insani Press