" Bismillahir Rohmanir Rahiim "

Sabtu, 30 April 2011

Belajar Dari Sang Bayi






Bacalah dengan (menyebut) nama Rabbmu Yang menciptakan, (QS. Al-'Alaq:1)



Bacalah, dan Rabbmulah Yang Paling Pemurah, (QS. Al-'Alaq:3)



"Pada saat bayi masih didalam kandungan ibunya…sang bayi berdo’a kepada Allah.. Ya Allah jika saya boleh meminta, saya akan meminta kepada Allah untuk diberikan plasenta/tali ari-ari yang panjang dan banyak. Karena sang bayi berpikir untuk apa adanya tangan, kaki, mata dan yang lainnya, karena didalam rahim sang ibu tidak ada fungsinya. Yang aku butuhkan saat ini adalah tali ari-ari untuk menyuplai/memasok makanan ke dalam tubuhku ini. Kata sang bayi. Yang dianggap penting saat bayi di dalam kandungan ibu adalah tali ari-ari tersebut.




Pada saat bayi itu lahir ke alam dunia ini, justru yang pertama kali dipotong dari tubuh sang bayi adalah tali ari-ari. Ternyata yang selama ini dianggap penting sebagai hal yang terpenting dalam kehidupan sang bayi justru dipotong.




Barulah sang bayi menyadari bahwa untuk bekal hidup di dunia, sang bayi membutuhkan tangan untuk bekerja, menulis, makan dan lain sebagainya, begitu juga dengan kaki, sang bayi baru sadar kalau kaki dapat dipergunakan untuk berjalan dan lain sebagainya. Begitu pula halnya dengan kelengkapan tubuh yang lainnya yang selama di dalam kandungan tidak banyak berfungsi. Malahan kalau seandainya sang bayi itu dilahirkan dalam kondisi yang tidak sempurna, maka akan membuat hidupnya di dunia terganggu dan menderita. Kalau pun sang bayi itu meminta untuk dikembalikan ke dalam kandungan sang ibu tentunya hal ini tidak akan mungkin dan sulit untuk dikabulkan.





Saat di alam rahim (kandungan) Allah Swt telah menyempurnakan fisik kita, maka setelah manusia di lahirkan ke dunia ini, Allah perintahkan untuk menyempurnakan iman dan amal shaleh. Jadi dunia in bukan tempat menyempurnakan jasad atau fisik kita tetapi dunia ini sebagai darul imtihan (sarana latihan) untuk menyempurnakan pelaksanaan amal agama. Tali ari-ari pada bayi ibarat dunia dengan kemilaunya (harta, pangkat, jabatan dan lain sebagainya) sementara kaki, tangan dan mata sang bayi saat di alam rahim ibarat iman dan amal shaleh yang tidak kelihatan manfaatnya ketika di dunia. Barulah ketika kita meninggal, amalan agama (shalat, dzikir, tilawah al Quran, dakwah, shaum, sedekah, jihad, dan menuntut ilmu) terasa manfaat dan kegunaannya.





Saat ajal menjemput justru yang selama ini kita anggap penting selama di dunia ini akan Allah Swt putus dan akan kita tinggalkan termasuk kendaraan, anak istri, saudara, harta benda, maupun jabatan. Semuanya akan kita tinggalkan, kalaupun mereka ikut, hanya ikut sampai dengan liang lahat, sampai dengan pemakaman kita saja. Yang ikut kepada kita hanya iman dan amal shaleh yang selama ini kita anggap tidak penting di dunia ini.




Iman dan amal shaleh merupakan satu-satunya bekal untuk kita di kampung akhirat nanti, dimana kita akan hidup disana untuk selama-lamanya. Sekarang tinggal kembali kepada diri kita masing-masing, bekal yang manakah yang penting diantara yang terpenting. Seyakin apakah kita masih dibangunkan kembali keesokan harinya oleh Allah Swt, atau bahkan apakah kita masih bisa melakukan shalat pada adzan dikumandangkan pada waktu sholat berikutnya nanti ?




Mungkin kita lupa, diluar sana masih banyak orang-orang, baik yang kita kenal maupun yang tidak kita kenal yang sedang menunggu ajalnya, yang sedang terbaring sakit. Dan jangan kita salah, bahwa dimanapun kita berada, ajal dapat menjemput kita dimana saja dan kapan saja, manusia sedang mandi bisa meninggal, manusia sedang mengemudi, bekerja, olah-raga, bahkan sedang tidur sekalipun bisa meninggal.




Baeknya orang yang membaca dan menulis,lebih baek lagi orng yang mau mengamalkan dan mau menyampaikan kepada saudara muslim yang lain..




Mohon maaf jika terdapat kekurangan pada catatanl ini karena ada benarnya datangnya dari Allah dan adapun kesalahan yang terdapat pada catatan ini datangnya dari kebodohan dan kekurangan dari ilmu kami pribadi..




"Wa maa taf"alu min khoirin ya"lamhullah." (QS Al-Baqoroh : 197) ("Barang siapa mengerjakan suatu kebaikan, Allah mengetahuinya")



Senin, 18 April 2011

Semangat berjuang di jalan Allah

Aku ingin BerjuangRata Penuh

Seorang pemuda belia dari kabilah Aslam sedang termenung sendirian agaknya dia sedang sibuk memikirkan sesuatu yang membebani hatinya. Pemuda itu bertubuh kuat, gagah, penuh gairah untuk menghadapi masa depan yang penuh berbagai tantangan. Badanya tegap dan kuat, sanggup untuk dihadapkan pada perjuangan seperti yang sedang dilakukan oleh yang lain, jihad fisabilillah

Adakah jalan yang lebih afdol dan lebih mulia dari jihad fisabilillah..? Rasa-rasanya tak ada. Sebab itulah satu-satunya jalan jika memang benar-benar telah menjadi tujuan dan niat suci untuk mencari restu dn ridho Allah SWT. "Demi Allah, inilah satu kesempatan yang sangat baik", kata hati pemuda itu. Yah,.....sebab disana, serombongan kaum muslimin sedang bersiap menuju juang jihad fisabilillah. Sebagian sudah berangkat, sebagian lagi baru datang, dan akan segera berangkat. Semuanya menampakan wajah yang senang, pasrah, dan tenang dengan satu iman yang mendalam. Wajah-wajah mereka membayangkan suatu keyakinan penuh, bahwa sebelum ajal berpantang mati. Maut akan menimpa diman pun kita berada. yakin bahwa umur itu satu. Kapan kan sampai batasnya, hanya Allah yang maha tahu. Bagaimana sebab dan kejadianya, takdir Allah lah yang menentukan.

Maut, adalah sesuatu yang tak dapat dihindari manusia. Dia pasti datang menjemput manusia. Entah disaat manusia sedang duduk, diam di rumah, atau mungkin berada dalam perlindungan benteng yang kokoh, mungkin pula sedang bersembunyi ditempat persembunyiannya, di gua yang gelap, di jalan raya yang ramai, ataukah di medan peperangan. Bahkan bukan mustahil maut akan menjemput kala manusia sedang tidur, di atas temapt tidurnya. Semua itu hanya Allah lah yang berkuasa, dan berkehendak atasnya.

Menunggu kedatangan maut memang masa-masa yang paling mendebarkan jiwa. Betapa tidak? Hanya sendirilah yang dapat dibawa menghadap penguasa yang Esa kelak. Medan juang fisabillah tersedia bagi mereka yang kuat. Penuh keberanian dan keikhlasan mencari ridho Allah semata. Mereka yang berjiwa suci ditengah-tengah tubuh yang perkasa. Angan-angan ikhlas yang disertai hati yang bersih. Memang, saat itu keberanian telah menjiwai setiap kalbu kaum muslimin. Panggilan dan dengungan untuk jihad fisabilillah merupakan angan-angan dan tujuan harapan mereka. Mereka yakin, dibalik hiruk-pikuknya peperangan Allah telah menjanjikan imbalan yang setimpal baginya. Selain dengan itu dia dapat membersihkan jiwanya dari berbagi noda. Baik itu berupa noda-noda aqidah, niat-niat jahat, berbagi dosa perbuatan ataupun kekotoran muamalah yang lain. Pengorbanan mereka yang mulia itu menunjukan kepribadian yang baik dan luhur. Semua sesuai dengan ajaran agama yang murni. Pantas menjadi contoh dan teladan, bahkan sebagai mercu suar yang menerangi dunia dan isi alam semesta.

Itulah renungan hati pemuda Aslam yang gagah itu. Sepenuh hati dia berkata seolah kepada diri sendiri. "Harus ! harus dan mesti aku berbut sesuatu. Jangan kemiskinan dan kefakiran ini menjadi hamabtan dan penghalang mencapai tujuanku."

Mantap, penuh keyakinan dan semangat yang tinggi pemuda tersebut ini menggabungkan diri dengan pasukan kaum muslimin. Usia pemuda itu memang masih belia, namun cara berfikir dan jiwanya cukup matang, kemauanya keras, ketangksan dan kelincahan menjadi jaminan kegesitanya di medan juang. Namun mengapa pemuda yang begitu bersemangat itu tak dapat ikut serta dalam barisan pejuan? Seababnya hanya satu. Dia tidak mempunyai bekal dan senjata apa-apa yang dapat dipakainya untuk berperang karena kemiskinan dan kefakiranya. Sebab pikirnya, tidak mungkin untuk terjuan ke medan perjuangan tanpa senjata apapun. Tanpa senjata dia tidak mampu melakukan apapun. Bahkan dia tidak akan berfungsi apa-apa. Mungkin untuk menyelamatkan diri saja, dia tidak mampu. Inilah yang menjadikan pemuda itu berfikir panjang lebar. Otaknya bekerja keras agar hasratnya yang besar berjuang dapat tercapai.

Setelah tidak juga dicapainya pemecahan, dia pergi menghadap Rasulullah SAW. Diceritakan semua keadaan dan penderitaan serta keinginannya yang besar. Dia memang miskin, fakir dan menderita, namun dia tidk mengharapkan apa-apa dari keikutsertaanya berjaung. Dikatakanya kepada Rasulullah SAW, bahwa dia tidak meminta berbagai pendekatan duniawi kepada Rasulullah; Dia hanya menginginkan bagaimana caranya agar dia dapat masuk barisan pejuang fisabilillah. Mendengar hal demikian, Rasulullah bertanya, setelah dengan cermat meneliti dan memandang pemuda tersebut: "Hai pemuda, sebenarnya apa yang engkau katakan itu dan apa pula yang engkau harapkan?".

"Saya ingin berjuang, ya Rasulullah!" jawab pemuda itu. "Lalu apa yang menghalangimu untuk melakukan itu", tanya Rasulullah SAW kemudian. "Saya tidk mempunyai perbekalan apa-apa untuk persiapan perjaungan itu ya Rasulullah", jawab pemuda tersebut terus terang. Alangkah tercengangnya Rasulullah mendengar jawaban itu. Cermat diawasinya wajah pemuda tersebut. Wajah yang berseri-seri, tanpa ragu dan penuh keberanian menghadap maut, sementara disana banyak kaum munafikin yang hatinya takut dan gentar apabila terdengar panggilan seruan untuk berjaung jihad fisabilillah.

Demi Allah! jauh benar perbedaan pemuda itu dengan para munafiqin di sana. Kaum munafiqin yang dihinggapi rasa rendah diri, selalu mementingkan diri-sendiri. Mereka tidak suka dan tidak mau memikul beban dan tanggung jawab demi kebenaran yang hakiki. Kaum yang tidak senang hidup dalam alam kedamaian dan ketentraman dlam ajaran agama yang benar. Mereka lebih suka berada dalam hidup dan suasana kegelapan dan kekalutan. Ibarat kuman-kuman kotor, yang hidupnya hanya untuk mengacau dan menghancurkan apa saja. Celakalah mereka yang besar dan tegap badan serta tubuhnya namun licik dan kerdil pikiran serta hatinya.

Kebanggaanlah bagimu yang tepat hai pemuda! semogalah Allah banyak menciptakan manusia-manusia sepertimu. Yang dapat menjadi generasi penerusmu. Yang akan menjunjung tinggi kemulyaan Islam, budi pekerti yang mulia menuju alam yang bahagia sejahtera lahir batin.

Benar, kaum muslimin sangat memrlukan jiwa yang demikian. Jiwa yang besar penuh keyakinan, dan juga keberanian yang mantap. Sepantasnya pemuda seperti dari kabilah Aslam itu mendapat segala keperluan serta keinginanya untuk melaksanakan hasrat cita-cita keinginan itu. Rasulullah SAW akhirnya berkata kepada pemuda Aslam tersebut: "Pergilah engkau kepada si Fulan! Dia yang sebenarnya sudah siap lengkap dengan perlatan berperang tapi tidak jadi berangkat karena sakit. Nah pergilah kepadanya dan mintalah perlengkapan yang ada padanya."

Pemuda itu pun bergegas menemui orang yang ditunjukan Rasulullah SAW tadi. Katanya kepada si Fulan: "Rasulullah SAW menyampaikan salam padamu juga pesan. Beliau berpesan agar perlengkapan perang yang engkau miliki yang tidak jadi engkau pakai pergi berperang agar diserahkan kepadaku." Orang yang tidak jadi berperang itu penuh hormat menjalankan perintah Rasulullah SAW sambil mengucapkan: "Selamat datang wahai utusan Rasulullah! Saya hormati dan taati segala perintah Rasulullah SAW."

Segera dia menyuruh istrinya untuk mengambil pakaian dan peralatan perang yang tidak jadi dipakainya. Diserahkan semua itu pada pemuda kabilah Aslam. Sambil mengucapkan terima kasih pemuda tersebut menerima perlengkapan itu. Sebelum dia berangkat dan meninggalkan rumah itu, pemuda tersebut sempat berucap: "Terima kasih sebesar-besarnya. Anda telah menghilangkan seluruh duka dan keputusasaanku. Bagimu pahala Allah yang besar tiada taranya. Terima kasih.........Terima kasih."

Pemuda suku Aslam itu kemudian keluar dengan riang. Wajahnya bersinar gembira. Dengan berlari-lari dia meningalkan rumah orang yang tidak jadi berperang itu. Di tengah jalan pemuda tersebut bertemu dengan salah satu temanya yang keheranan dan bengong. Tanyanya: "Hai, hendak kemana engkau?", "Aku akan menuju janntul firdaus yang selebar langit dan bumi", jawab pemuda itu dengan singkat dan tepat.

Oleh : Al-Islam - Pusat Informasi dan Komunikasi Islam Indonesi


Rabu, 13 April 2011

Jangan Menyerah


D'masiv

Tak ada manusia yang terlahir sempurna

jangan kau sesali segala yang telah terjadi

kita pasti pernah dapatkan cobaan yang berat

seakan hidup ini tak ada artinya lagi

Syukuri apa yang ada hidup adalah anugerah

tetap jalani hidup ini melakukan yang terbaik


Tak ada manusia yang terlahir sempurna

jangan kau sesali segala yang telah terjadi

Tuhan pasti akan menunjukkan kebesaran dan kuasanya

bagi hambanya yang sabar dan tak kenal putus asa.

Lirik Lagu Nidji Laskar Pelangi


Laskar Pelangi


mimpi adalah kunci

untuk kita menaklukkan dunia
berlarilah tanpa lelah

sampai engkau meraihnya

laskar pelangi takkan terikat waktu
bebaskan mimpimu di angkasa
warna bintang di jiwa

reff:
menarilah dan terus tertawa
walau dunia tak seindah surga
bersyukurlah pada Yang Kuasa
cinta kita di dunia selamanya

cinta kepada hidup
memberikan senyuman abadi
walau hidup kadang tak adil
tapi cinta lengkapi kita

laskar pelangi takkan terikat waktu
jangan berhenti mewarnai
jutaan mimpi di bumi

repeat reff [2x]

laskar pelangi takkan terikat waktu



Selasa, 12 April 2011

Keyakinan dan Ketakutan


Ketakutan dan Keyakinan merupakan dua hal yang senantiasa menghiasi perjalanan kehidupan setiap insan di muka bumi ini. Dua hal yang sama-sama memiliki sinergi kekuatan yang besar. Hukum keduanya bahkan saling tarik menarik. Nah, proses tarik menarik keduanya inilah yang menimbulkan suatu perasaan dalam jiwa kita yang disebut kebimbangan.



Ketakutan – Keyakinan – Kebimbangan. Mungkin Anda akan bertanya-tanya, kenapa semuanya memakai kata depan Ke, yang berarti sifat aktif. Sifat aktif berarti si manusianya sendirilah yang menentukan dan berperan besar dalam ketiga hal tersebut.



Ketakutan misalnya, muncul dan akan terus berkembang jika kita memeliharanya dan memberikan ruang kepada “ketakutan” tersebut untuk terus memiliki pengaruh negatifnya pada diri kita. Kebalikannya sekarang. Keyakinan, akan memiliki porsi luar biasa dasyat dalam kehidupan kita jika kita terus mengelolanya dengan baik. Hiduplah terus dalam dinamisnya kekuatan “keyakinan” yang akan menuntun diri kita pada kekuatan luar biasa alam semesta yang menghadirkan peranan YANG ESA dalam setiap langkah yang kita ambil. Lalu, ada “kebimbangan” yang akan terus menghantui atau mengikuti kemanapun kita melangkah. Kenapa? ya karena kita sendiri yang terus-terusan menempatkannya dalam jajaran kehidupan kita. Antara ketakutan dan keyakinan yang terus saling tarik menarik dengan kuat. Dan, Anda sendirilah yang berhak dan mempunyai kuasa untuk melepaskannya.



Seperti halnya, saya sendiri. Jika terus berada dalam lingkaran “ketakutan” jiwa saya, maka akan sangat jauh cita-cita menjadi penulis tercapai. Namun, dengan keyakinan yang saya tambah terus dan terus maka akan menghantarkan saya (walau tidak instan) menuju kearah apa yang saya ingin raih. Contohnya lagi, ada salah satu teman saya menanyakan bagaimana proses naskah pertama saya bisa diterima oleh Elexmedia Komputindo, padahal banyak naskah dari penulis lain yang tidak tembus. Jawaban saya pada teman saya itu hanyalah: “saya tidak tahu, semua begitu saja terjadi, saya hanya memiliki keyakinan penuh saja”. Bahkan ketika naskah belum jadipun, jika orang lain menanyakan diterbitkan oleh siapa, saya tanpa ragu menjawab “oleh Elexmedia” padahal sih saat itu boro-boro sudah masuk ke Elexmedia, pembuatannya saja masih dalam proses sendiri.



Lain lagi dengan salah seorang teman juga yang saya baca postingannya di milis penulisbestseller. Mario namanya, dalam postingannya kali ini, ia merasa sangat luar biasa senang, karena ia mendapatkan komputer baru untuk menunjang cita-citanya menjadi seorang penulis juga. Selama ini ia selalu pergi ke warnet untuk membuat tulisan-tulisannya itu. Ketidakmampuannya saat itu untuk memiliki sebuah komputer, tidak menyurutkan “keyakinan”-nya. Keyakinannya yang sungguh berbuah hasil yang baik. Doa dan ketekuannya untuk tidak menyerah pada keadaan akhirnya memberikannya kedasyatan dari makna “keyakinan” itu sendiri.



Dalam hal ini, artinya Mario terus mengolah “keyakinan” dan mengalahkan “ketakutan” dalam dirinya sendiri. Ketakutan bagaimana bisa ia mencapai cita-citanya, menjadi penulis jika komputer saja tidak punya, boro-boro laptop.



Persoalan “ketakutan” melawan “keyakinan” inilah, yang tidak semua orang bisa mengatasinya. Sehingga muncullah “kebimbangan”.



Kebimbangan akan pilihan-pilihan dalam hidup me-representasikan ketakutan dan keyakinan tadi. Muncul perasaan takut bila pilihannya salah, tetapi dilain pihak muncul keyakinan bahwa inilah jalan yang musti diambil.



Oleh karena itu, mantapkanlah hati Anda. Yakinlah pada diri Anda sendiri. Jangan membayangkan hal-hal yang jauh dari jangkauan nalar diri Anda sendiri yang pada akhirnya justru membuat unsur ketakutan merajai setiap langkah kehidupan Anda.


Bayangkan saja keberhasilan, kesuksesan dan terwujudkan cita-cita Anda dibarengi dengan komitmen dan keseriusan menjalaninya.

Senin, 11 April 2011

Manusia yang berani hidup

Terlahirkan di alam kehidupan yang nyata ini, tidaklah sedikit dijumpai rintangan dan kemalangan, yang mendera bathin kita. Dan adakalanya, rintangan dan kemalangan tersebut timbul, di luar dari ke logika an. Terjadinya rintangan dan kemalangan ini, tidaklah memandang status sosial atau kondisi seseorang. Semua rintangan dan kemalangan ini, bisa saja menyusup kepada siapapun juga dan di setiap aspek dari kehidupan. Contoh dari rintangan dan kemalangan, yang umumnya dijumpai adalah :
  1. Kemiskinan. Dimilikinya kemiskinan di dalam kehidupan ini, adakalanya bukanlah semata-mata dikarenakan kebodohan (idiot). Di lingkungan kita, adakalanya seseorang dengan segudang gelar dan kemampuan, bekerja siang dan malam, tetapi tetap saja miskin. Adanya kemauan yang kuat serta diiringi oleh tekad yang membara, juga tidak menjamin, berhasilnya kekayaan diraih.

  2. Sakit-sakitan. Tidak sedikit dijumpai, seseorang yang terkena sedikit saja angin, hujan dan debu, langsung jatuh sakit dan adakalanya bisa berlangsung dalam jangka waktu yang cukup lama. Adalagi yang langsung jatuh sakit, hanya dikarenakan termakan udang, telur, ikan dan lain sebagainya. Untuk jenis penyakit ini, di istilah kedokterannya, dikenal dengan sebutan alergi.

  3. Cacad jasmani Di lingkungan kita, sering dijumpai seseorang yang terlahirkan dengan kondisi cacad jasmani (tubuh). Ada yang terlahirkan dengan tidak dimilikinya mata, tangan, kaki atau organ tubuh lainnya. Atau ada juga dijumpai, seseorang yang terlahirkan dengan sekujur tubuh, ditumbuhi oleh daging.

  4. Bodoh alias idiot. Adanya ketidakmampuan untuk menangkap atau menerima, fakta kebenaran (pengetahuan) adalah ciri khas orang yang bodoh. Ciri khas manusia ini, jika masa pendidikan untuk menjadi sarjana ± 5 tahun maka baginya, bisa saja berlangsung puluhan tahun lamanya dan tidak tertutup kemungkinan, gagal meraih kesarjanaan.

  5. Dihina, difitnah dan dicela Dalam kondisi dan keadaan yang bagaimanapun juga, tidaklah terdapat manusia, yang telah terbebaskan dari hinaan, fitnahan maupun celaan. Mengapakah kondisi ini bisa terjadi? Semuanya ini bisa timbul, tidaklah terlepas dari kuatnya ke Aku an, yang membelenggu bathin seseorang, disamping adanya sifat "iri dan kebencian", yang tidak pada tempatnya.

Jadi, kemiskinan, sakit-sakitan, cacad jasmani, kebodohan dan celaan, yang terjadi adalah rintangan dan kemalangan yang umumnya kita alami. Bagi segelintir orang-orang yang tidak memiliki pengertian benar akan kondisi ini, maka akan menghalalkan (baik maupun buruk) segala macam cara, untuk merombak atau memperbaikinya. Sehingga akhirnya, terjadilah hal-hal yang diluar dari perikemanusiaan. Jika dia berada dalam kemiskinan, maka cara yang umumnya ditempuh adalah menipu, memanipulasi, korupsi dan bahkan membunuh. Dan kehadirannya, akan selalu berdampak negatif bagi pihak lain atau menjadi beban masyarakat. Singkatnya dikatakan bahwa setiap derap langkah dan tindak tanduknya, cenderung merugikan pihak lain. Kalau demikian halnya, adakah manfaatnya (kehadiran) terlahirkan di alam manusia ini…? Dan dilain sisi, jika terlahirkan sakit-sakitan dan dia akan selalu menyalahkan pihak lain, misalnya orang tuanya atau dokter yang tidak becus (pandai) mengobatinya (menurut dia). Ini adalah ciri khas manusia, yang lari dari kenyataan. Atau tidak mengerti (menyadari) hakekat yang sesungguhnya dari hukum karma, yang menyatakan bahwa kondisi apapun yg dialami, tidaklah terlepas daripada karma, yang sudah seyogianya diterima. Dengan selalu menyalahkan pihak lain, atas kemalangan yang dialami, maka akan memberi peluang, timbulnya kebencian dan antipati. Dan jika dalam kondisi ini, sampai timbul dan tertanam dengan baik, apakah yang akan dirasakan?
Tidak lain adalah penderitaan. Jika penderitaan yang dihasilkan, inilah yang disebut dengan kebodohan ! Selanjutnya, jika terlahirkan cacad jasmani dan kita tidak mau menerima kenyataan ini, akan adakah manfaatnya, disesalkan? Konsep hukum karma menegaskan bahwa sesuai dengan benih yang telah ditabur maka itulah yang akan dipetik. Kebajikan yang diperbuat maka kebahagiaanlah akibatnya dan begitu juga sebaliknya.

Manusia yang berani hidup, dalam hal ini adalah bermakna, tidak akan terjerumus ke perbuatan-perbuatan tercela, baik diberi peluang atau tidak. Dan di samping itu, juga memiliki kemampuan untuk mau menerima, kerealitaan-kerealitaan yang dialami. Jadi, jika kita lari dari kenyataan dikala tertimpa kemalangan atau rintangan, dan meng "halal" kan segala cara, agar sesegera mungkin terbebas, dari kondisi yang kurang menguntungkan ini, itulah ciri khas dari tipe tipe manusia, yang takut untuk hidup. Agar kita senantiasa menjadi manusia yang berani untuk hidup, maka milikilah selalu.

  1. kerajinan dan semangat.
    Tanpa dimilikinya modal ini, maka apapun yang ingin diawali, tidaklah akan berhasil, yang sesuai dengan yang telah diharapkan.

  2. senantiasalah berhati-hati.
    Aspek dari ke hati-hati an, sangatlah diperlukan di setiap aktivitas, yang akan dimulai. Jika tidak, maka kemalanganlah yang akan dihasilkan.

  3. Milikilah sahabat yang baik.
    Sahabat yang baik dalam hal ini adalah sahabat yang bisa membagi "sukkha : bahagia " dikala kita bahagia, dan "dukkha :derita" dikala kita tertimpa musibah.
  4. Kontrollah penghasilan sebijaksana mungkin.

Semoga dengan dimilikinya dittha dhammi kattha 4 ini, hendaknya sepanjang pengembaraan (kehidupan) di alam manusia, kita berani menatap kehidupan ini, sesuai dengan kerealitaan yang berlaku, serta tidak akan lari dari kenyataan. Jadilah manusia yang berani hidup, yang berani menatap kerealitaan dan tidak lari dari kenyataan serta meng "haram" kan segala bentuk kejahatan. Akhirnya, semoga semua makhluk, hendaknya senantiasa hidup sesuai dengan " dharma : kebenaran", yang terbebaskan dari ketidak-benaran.

Template by:
Free Blog Templates