Menggoda betul tawaran Jibril itu. Tapi, “Tidak!” jawab Rasulullah saw kepada Jibril. “Aku bahkan memohon penangguhan untuk mereka. Sungguh aku berharap bahwa Allah akan mengeluarkan dari tulang sulbi mereka anak-anak yang akan menyembah Allah dan tidak mempersekutukanNya” (Bukhari dan Muslim).
Seandainya ia seorang pendendam, ia pasti menerima tawaran Jibril itu. Tapi tidak! Ia seorang pencinta. Dan ia sadar bahwa ia bisa mengubah komunitas penggembala kambing yang angkuh di jazirah Arab menjadi pemimpin-pemimpin peradaban dunia yang rendah hati. Hanya dengan kekuatan cinta. Dan itulah yang kemudian terjadi : hanya dalam 22 tahun 2 bulan dan 22 hari, beliay merampungkan tugas kenabiannya dengan membawa seluruh jazirah dalam cahaya Islam.
Cinta adalah kekuatan perubahan yang dahsyat. Lima belas abad kemudian, Erich Fromm menjelaskan kekuatan cinta dalam proses perubahan :
“Pendekatan cinta adalah kebalikan dari pendekatan dengan kekerasan. Cinta berusaha memahami, menguatkan dan menghidupkan. Dengan cinta, seorang individu akan selalu mentransformasikan dirinya. Dia menjadi lebih peka, lebih menghargai, lebih produktif, lebih menjadi dirinya sendiri. Cinta tidak sentimental dan tidak melemahkan.
Cinta adalah cara untuk mempengaruhi dan merubah sesuatu tanpa menimbulkan ‘efek samping’ sebagaimana kekerasan. Tidak seperti kekerasan, cinta membutuhkan kesabaran, usaha dari dalam. Lebih dari itu semua, cinta membutuhkan keteguhan hati untuk menghindar dari frsutasi, untuk tetap sadar meslipun menemui banyak hambatan. Cinta lebih membutuhkan kekuatan dari dalam, kepercayaan daripada sekedar kekuatan fisik”
oleh : Anis Matta (serial cinta)
0 komentar:
Posting Komentar